Rabu, 30 Maret 2016

Pengembangan Instrumen Tes



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya adalah tes. Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan persekolahan, tetapi juga diluar sekolah bahkan di masyarakat umum. Penggunaan tes sendiri dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak lama, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri. Disekolah, tes ini sering juga disebut dengan tes prestasi belajar. Tes ini banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, tes mempunyai makna tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran[1]
Dalam konteks pembelajaran, pengembangan instrumen sebenarnya merupakan bagian dari tugas guru yang tidak dapat ditinggalkan, meskipun kegiatan ini bisa saja dilaksanakan oleh orang ahli, seperti tim ahli. Mengapa guru harus mengembangkan instrumen evaluasi untuk kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan ? guru mempunyai kewajiban untuk menyajikan pembelajaran yang terbaik bagi peserta didik. Hal ini secara implisit mengharuskan guru untuk mengikuti prosedur dan mempunyai kiat tertentu untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dalam prosedur tersebut, kegiatan pengembangan instrumen merupakan salah satu bagian yang sangat penting[2].

.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Tes
Umumnya definisi tes lebih dekat kepada pengertian pengujian (testing). Di samping definisi tentang tes yang telah disampaikan di depan, ada beberapa definisi lain tentang tes, antara lain :
1.    Amir Daien Indrakusuma (1974) : tes adalah suatu alat prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat[3].
2.    Cronbach (1984) : tes merupakan suatu prosedur yang sistematis, untuk mengamati atau mendeskripsikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numerik atau sistem kategori.
3.    Terry Overton (2008) : tes sebagai suatu metode untuk menentukan kecakapan siswa dalam menyelesaikan sesuatu tugas atau mempertunjukkan penguasaan ketrampilan atau penguasaan pengetahuan sesuatu bahan ajar.
Dari sejumlah definisi yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan peranan penting dalam dunia pendidikan[4] .

B.       Tujuan dan Fungsi Tes
Berdasarkan tujuannya, kita dapat membedakan macam-macam dan kegunaan suatu tes. Suatu tes antara lain digunakan untuk :
1.      Memperoleh umpan balik terhadap hasil pembelajaran
Hasil pengukuran dari suatu tes dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil tes memberikan indikasi efektivitas pembelajarannya sehingga berdasarkan hasil tes guru dapat memperbaiki proses pembelajaran serta memahami kemampuan siswa menguasai dan menafsirkan bahan ajar. Sedangkan bagi siswa, hasil tes memberikan indikasi sejauh mana tingkat pembelajarannya, apakah perlu ada perbaikan atau peningkatan.
2.      Memperbaiki kurikulum dan program pendidikan.
Biasanya sekolah tinggal melaksanakan kurikulum yang digariskan oleh pemerintah, tetapi dengan laporan setiapsekolah dengan efektivitas pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ditetapkan, pihak pemerintah juga akan tahu apakah kurikulum yang diberitahukan perlu diperbaiki atau tidak. Kecuali itu hasil tes, lebih nyatanya hasil suatu evaluasi, akan menjadi landasan yang kokoh bagi program perbaikan pendidikan, program pengajaran khususnya[5]
3.      Meningkatkan motivasi siswa.
Hasil tes akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, jika masih belum memenuhi Kriteria Kentutasan Minimal (KKM) akan mencoba bangkit agar mencapai atau bahkan melebihi KKM, dan jika siswa sudah mencapai KKM serta memberikan motivasi untuk minimal mempertahankannya .
Fungsi Tes
a.       Melaksanakan diagnosis dan remedial.
Hasil tes dapat dipergunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu sehingga siswa dapat memperbaiki program pembelajarannya.
b.      Melakukan penempatan.
c.       Biasanya tes penempatan dilaksanakan di sekolah, kursus-kursus, perguruan tinggi., dll.
d.      Melakukan seleksi. Umumnya jenis tes ini dilaksanakan jika jumlah kursi yang tersedia di suatu lembaga hanya terbatas, sementara peminatnya melebihi kapasitas atau pagu yang ditetapkan.
e.       Mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu tertentu, utamanya yang terkait dengan pendidikan dan psikologi berkembang, diantaranya dengan cara memanfaatkan hasil tes. Dalam pendidikan, evaluasi pendidikan berkembang karena hasil-hasil pengukuran, tes dan penilaian yang berkesinambungan[6]

C.      Macam-Macam Tes
Secara umum, bermacam-macam tes dapat diklasifikasikan menurut enam macam aspek, yaitu :
1.      Menurut sifatnya
a.       Tes verbal (verbal test)
Tes yang menggunakan bahasa sebagai alat medianya, baik secara lisan maupun tertulis.
b.      Tes non-verbal (non-verbal test)
Tes yang tidak menggunakan bahasa, atau jika menggunakan bahasa amat terbatas dan tidak berperan penting.
c.       Tes kinerja (performance test)
Tes yang terdiri dari tugas-tugas untuk melakukan sesuatu. Tes kinerja adalah salah satu bentuk tes non-verbal. Penilaiannya dapat meliputi cara mengerjakannya, waktunya, atau hasil kerjanya.
d.      Tes kertas dan pena (paper and pencil test)
Tes yang menggunakan kertas dan pensil atau pulpen sebagai alat media. Hal ini mensyaratkan kemampuan tester dalam hal baca menulis.
e.       Tes individu (individual test)
Tes yang pada pelaksanaannya seorang tester (penguji) dalam waktu yang sama hanya menguji seorang testee saja.
f.       Tes kelompok (group test)
Tes yang pada pelaksanaannya dalam waktu yang sama seorang penguji menguji sekelompok testee[7].

2.      Menurut tujuannya
a.       Tes bakat (aptitude test)
Suatu jenis tes baku yang bertujuan untuk mengukur kecakapan seseorang dalam mengembangkan ketrampilan atau memperoleh pengetahuan.
b.      Tes pretasi (achievement test)
Suatu jenis tes bahan baku yang dirancang untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang studi tertentu.
c.       Tes diagnostik (diagnostic test)
Tes yang diujikan secra individual dan dirancang untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran.
d.      Tes penempatan (placement test)
Tes yang bertujuan menempatkan siswa peserta tes sesuai dengan kelompok hasil tes.

3.      Menurut pembuatannya
a.       Tes baku (standardized test)
Tes yang pembuatannya telah melalui proses standarisasi, baik mengenai reliabilitas maupun validitasnya[8].
b.      Tes buatan guru (techer-made test)
Tes yang dibuat guru, misalnya berupa ulangan-ulangan, baik formatif maupun sumatif. Tes buatan guru dapat berupa tes subjektif maupun tes objektif. Tes objektif disebut pula tes kertas dan pena, yang jawabannya berujung tertutup (closed-ended).

4.      Menurut pelaksanaannya
a.       Pra-test (pre-test)
Suatu tes pendahuluan yang dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa serta kesiapan siswa menghadapi suatu pengalaman belajar.
b.      Pos test (post-test)
Suatu tes yang diberikan kepada siswa setelah selesainya suatu program pembelajaran.

5.      Menurut keruntutan pelaksanaan
a.       Tes formatif (identik dengan ulangan harian)
Kegiatan tes yang dilakukan secara periodik/runtut untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD), sebagaimana yang telah terdefinisi sesuai Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 66 tahun 2013.
b.      Tes atau ulangan sumatif
Suatu proses yang merupakan bagian daei evaluasi final untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran seperti yang digariskan dalam kurikulum terpenuhi. Tes ini biasanya diberikan diakhir semester atau akhir tahun pembelajaran, terkadang identik dengan ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

c.       Menurut acuan yang dipergunkanan
a.       Tes acuan norma (norm referenced test)
Tes acuan norma (TAN) berasumsi bahwa kemampuan siswa itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal. Acuan ini banyak digunakan dalam tes seleksi atau ujian masuk karena memang sengaja dimaksudkan untuk membedakan kemampuan siswa. Hanya siswa yang dianggap mampu memenuhi batas lulus (passing grade) tertentu yang diterima. 
b.      Tes acuan kriteria[9]  (criterion referenced test)
Suatu tes yang menggunakan acuan perbandingan hasil kerja siswa dengan kriteria yang ditetapkan atau disepakati sebelumnya[10].

D.      Karakteristik Tes
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :
1.      Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah “valid” kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata “tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.
Contoh : untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui :kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, dan ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya[11].
2.      Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Contoh : TABEL NILAI TES PERTAMA DAN KEDUA



Nama Siswa
Waktu Tes
Pengetesan Pertama
Pengetesan Kedua
Amin

6
7
Badu

5.5
6,6
Cahyani

8
9
Didit

5
6
Elvi

6
7
Parida

7
8
Sebuah tes dikatak reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya. Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapi karena kenaikannya dialami oleh semua siswa maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes kedua barang kali disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh pada waktu pengerjaan tes pertama[12].
3.      Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (consitensy) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes, yaitu :
a.       Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
b.      Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektiitas antara lain : kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dll. Untuk menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektifitas dalam penilaian, maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas[13].
4.      Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakn praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang :
a. Mudah dilaksanakan, Tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberikebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya
c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain
5.      Ekonomis
Pelaksanaan tes tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama[14].
E.       Langkah-Langkah Pengembangan Tes
1.      Menentukan tujuan
Tujuan yang ditentukan dalam hal ini mempunyai dua dimensi, yaitu :
a.       Tujuan pembelajaran yang diukur dan dinilai
Dimensi pertama ini merujuk pada berbagai macam ranah dan sub ranah, yang menjadi tujuan pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jika tujuan-tujuan itu telah dirumuskan sebelumnya, seperti dalam Satuan Pelajaran, langkah penentuan tujuan ini berarti memilih Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang telah diupayakan untuk dicapai dalam proses pembelajaran, untuk djadikan objek pengukuran dan kriteria keberhasilan dalam penilaian.
b.      Tujuan dilaksanakannya evaluasi
Evaluator harus mengetahui tujuan evaluasinya secara jelas. Misalnya, apakah untuk formatif, diagnostik, seleksi ataukah sumatif. Dengan tujuan evaluasi yang berbeda, meskipun dengan ruang lingkup ranah dan materi yang sama, instrumen yang dikembangkan juga berbeda[15].
2.      Mengembangkan spesifikasi instrumen
Setelah tujuan ditentukan dengan jelas, langkah berikutnya adalah mengembangkan spesifikasi instrumen. Tujuan utama mengembangkan spesifikasi ini, sebagaimana dijelaskan oleh Gronlund & Linn (1990:112) adalah “Top provide assurance that a classroom test will measure a representative sample of instructionally relevant tasks”, salah satu alat yang dapat dipakai untuk kepentingan iini adalah pembuatan kisis-kisi tes/instrumen atau juga disebut tabel spesifikasi atau tes blueprint. Kisi-kisi ini dibuat untuk “merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes (Suryabrata,1987:7).
Langkah-langkah pembuatan kisi-kisi tes adalah sebagai berikut :
a.       Tentukanlah jumlah butir yang akan dibuat dalam satu tes, beberapa objektif, dan beberapa subjektif. Penentuan jumlah butir ini dengan mempertimbangkan banyaknya materi dan waktu yang tersedia untuk mengerjakan tes tersebut.
b.      Buatlah tabel atau matriks dua arah, kolom untuk kemampuan berfikir dan baris untuk pokok bahasan
c.       Distribusikanlah butir-butir tes tersebut ke dalam baris/kolom secara proporsional, dengan mempertimbangkan karakteristik bidang studi, dan fokus serta urgensi pokok bahasan atau kemampuan berfikir tertentu.
3.      Memilih jenis dan tipe instrumen
Jenis dan tipe instrumen yang dapat dipakai dalam pengukuran dan penilaian pendidikan memang sangat beragam. Pemilihan jenis dan tipe instrumen harus dilakukan dengan hati-hati sehingga tujuan evaluasi dapat dicapai dengan baik. Karena itu, pertimbangan-pertimbangan berikut ini perlu dierhatikan :
a.       Tujuan pembelajaran apa sajakah yang akan dicakup atau dijadikan objek pengukuran
b.      Pendekatan apakah yang digunakan dalam skoring, dan sejauh manakah objektifitas diperlukan dalam skoring itu
c.       Bagaimana penyelenggaraan dan pelaksaan pengukuran (administrasi) akan dilakukan
d.      Bagaimanakah dan format apakah yang akan dipilih dalam proses pengadaan instrumen. Jenis dan tipe instrumen terbaik adalah pemilihannyan menggunakan pertimbangan dan kriteria in[16]i.
4.      Mempersiapkan item-item instrumen
Mempersiapkan dan membuat instrumen pengukuran bukanlah pekerjaan ringan, bahkan membutuhkan berbagai kombinasi kemampuan khusus. Dalam hal ini menurut Sumadi Suryabrata (1987:28), untuk dapat melakukan tugas ini dengan baik, ada 5 kemampuan khusus yang harus dimiliki, yaitu :
a.       Penguasaan materi yang diteskan/diukur
b.      Kesadaran mengenai tata-tata nilai yang mendasari pendidikan
c.       Pemahaman tentang karakteristik peserta didik yang diukur
d.      Kemampuan membahasakan gagasan
e.       Penguasaan teknik penulisan instrumen
5.      Mengujicobakan instrumen
Instrument yang sudah disusun perlu diujicobakan untuk diperbaiki, direvisi agar supaya kualitasnya semakin baik. Semakin banyak frekuensi ujicoba dan revisinya, semakin bagus kualitas instrument yang dikembangkan itu. Secara umum, saran-saran Mehrens & Lehmam (1984:85-87) berikut ini sangat bermanfa’at untuk diikuti ketika mengembangkan instrument :
a.       Tentukan tujuan-tujuan pembelajaran dengan hati-hati
b.      Persiapkan table spesifikasi, dan pakailah selalu sebagai acuan saat menulis item-item instrumen
c.       Formulasikan item yang jelas, tidak kabur, dan tidak bertele-tele
d.      Jika berupa tes hasil belajar, pastikan item-itemnya berasal dari materi yang sudah diajarkan
e.       Usahakan terbebas dari bias, karena tradisi, jenis kelamin, dan sebagainya
f.       Persiapkan kunci scoring saat penulisan item itu juga, bila untuk hasil belajar
g.      Persiapkan item lebih banyak dari yang dibutuhkan
h.      Persiapkan item-item ini sedini mungkin, sehingga ada waktu untuk merevisi[17]



[1] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), cet. IV, hlm: 117-118.
[2] Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:61.
[3] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:21-22.
[4] Djali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta : Grasindo, September:2008), hlm: 6
[5] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:27
[6] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:28-29.
[7]  Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:30.
[8]  Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:30-31.
[9] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:29-33
[10]  Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:33-34.
[11]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September, 2013), cet.-IV,hlm:59.
[12]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September, 2013), cet.-IV,hlm:60.
[13]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September, 2013), cet.-IV,hlm:61
[14]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September, 2013), cet.-IV,hlm:62-63.
[15] Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:65
[16] Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:65-69.
[17] Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:69-73.