BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak
alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya
adalah tes. Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan persekolahan, tetapi
juga diluar sekolah bahkan di masyarakat umum. Penggunaan tes sendiri dalam
dunia pendidikan sudah dikenal sejak lama, sejak orang mengenal pendidikan itu
sendiri. Disekolah, tes ini sering juga disebut dengan tes prestasi belajar.
Tes ini banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam
bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Artinya, tes mempunyai makna tersendiri dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam pembelajaran[1]
Dalam
konteks pembelajaran, pengembangan instrumen sebenarnya merupakan bagian dari
tugas guru yang tidak dapat ditinggalkan, meskipun kegiatan ini bisa saja
dilaksanakan oleh orang ahli, seperti tim ahli. Mengapa guru harus
mengembangkan instrumen evaluasi untuk kegiatan pembelajaran yang mereka
lakukan ? guru mempunyai kewajiban untuk menyajikan pembelajaran yang terbaik
bagi peserta didik. Hal ini secara implisit mengharuskan guru untuk mengikuti
prosedur dan mempunyai kiat tertentu untuk mengetahui keberhasilan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran. Dalam prosedur tersebut, kegiatan
pengembangan instrumen merupakan salah satu bagian yang sangat penting[2].
.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes
Umumnya
definisi tes lebih dekat kepada pengertian pengujian (testing). Di
samping definisi tentang tes yang telah disampaikan di depan, ada beberapa
definisi lain tentang tes, antara lain :
1.
Amir
Daien Indrakusuma (1974) : tes adalah suatu alat prosedur yang sistematis dan
objektif untuk memperoleh data atau keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat[3].
2.
Cronbach
(1984) : tes merupakan suatu prosedur yang sistematis, untuk mengamati atau
mendeskripsikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan
standar numerik atau sistem kategori.
3.
Terry
Overton (2008) : tes sebagai suatu metode untuk menentukan kecakapan siswa
dalam menyelesaikan sesuatu tugas atau mempertunjukkan penguasaan ketrampilan
atau penguasaan pengetahuan sesuatu bahan ajar.
Dari
sejumlah definisi yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
peranan penting dalam dunia pendidikan[4]
.
B. Tujuan dan Fungsi Tes
Berdasarkan
tujuannya, kita dapat membedakan macam-macam dan kegunaan suatu tes. Suatu tes
antara lain digunakan untuk :
1.
Memperoleh
umpan balik terhadap hasil pembelajaran
Hasil
pengukuran dari suatu tes dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru dan
siswa. Bagi guru, hasil tes memberikan indikasi efektivitas pembelajarannya
sehingga berdasarkan hasil tes guru dapat memperbaiki proses pembelajaran serta
memahami kemampuan siswa menguasai dan menafsirkan bahan ajar. Sedangkan bagi
siswa, hasil tes memberikan indikasi sejauh mana tingkat pembelajarannya,
apakah perlu ada perbaikan atau peningkatan.
2.
Memperbaiki
kurikulum dan program pendidikan.
Biasanya
sekolah tinggal melaksanakan kurikulum yang digariskan oleh pemerintah, tetapi
dengan laporan setiapsekolah dengan efektivitas pembelajaran berdasarkan
kurikulum yang ditetapkan, pihak pemerintah juga akan tahu apakah kurikulum
yang diberitahukan perlu diperbaiki atau tidak. Kecuali itu hasil tes, lebih
nyatanya hasil suatu evaluasi, akan menjadi landasan yang kokoh bagi program
perbaikan pendidikan, program pengajaran khususnya[5]
3.
Meningkatkan
motivasi siswa.
Hasil
tes akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, jika masih belum memenuhi
Kriteria Kentutasan Minimal (KKM) akan mencoba bangkit agar mencapai atau
bahkan melebihi KKM, dan jika siswa sudah mencapai KKM serta memberikan
motivasi untuk minimal mempertahankannya .
Fungsi
Tes
a.
Melaksanakan
diagnosis dan remedial.
Hasil
tes dapat dipergunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang
studi tertentu sehingga siswa dapat memperbaiki program pembelajarannya.
b.
Melakukan
penempatan.
c.
Biasanya
tes penempatan dilaksanakan di sekolah, kursus-kursus, perguruan tinggi., dll.
d.
Melakukan
seleksi. Umumnya
jenis tes ini dilaksanakan jika jumlah kursi yang tersedia di suatu lembaga
hanya terbatas, sementara peminatnya melebihi kapasitas atau pagu yang
ditetapkan.
e.
Mengembangkan
khazanah ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu tertentu, utamanya yang
terkait dengan pendidikan dan psikologi berkembang, diantaranya dengan cara
memanfaatkan hasil tes. Dalam pendidikan, evaluasi pendidikan berkembang karena
hasil-hasil pengukuran, tes dan penilaian yang berkesinambungan[6]
C. Macam-Macam Tes
Secara
umum, bermacam-macam tes dapat diklasifikasikan menurut enam macam aspek, yaitu
:
1. Menurut sifatnya
a. Tes verbal (verbal test)
Tes yang menggunakan bahasa sebagai alat
medianya, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Tes non-verbal (non-verbal test)
Tes yang tidak menggunakan bahasa, atau
jika menggunakan bahasa amat terbatas dan tidak berperan penting.
c. Tes kinerja (performance test)
Tes yang terdiri dari tugas-tugas untuk
melakukan sesuatu. Tes kinerja adalah salah satu bentuk tes non-verbal. Penilaiannya
dapat meliputi cara mengerjakannya, waktunya, atau hasil kerjanya.
d. Tes kertas dan pena (paper and pencil
test)
Tes yang menggunakan kertas dan pensil
atau pulpen sebagai alat media. Hal ini mensyaratkan kemampuan tester dalam hal
baca menulis.
e. Tes individu (individual test)
Tes yang pada pelaksanaannya seorang
tester (penguji) dalam waktu yang sama hanya menguji seorang testee saja.
f. Tes kelompok (group test)
Tes yang pada pelaksanaannya dalam waktu
yang sama seorang penguji menguji sekelompok testee[7].
2. Menurut tujuannya
a. Tes bakat (aptitude test)
Suatu
jenis tes baku yang bertujuan untuk mengukur kecakapan seseorang dalam
mengembangkan ketrampilan atau memperoleh pengetahuan.
b. Tes pretasi (achievement test)
Suatu
jenis tes bahan baku yang dirancang untuk mengukur tingkat pengetahuan
seseorang dalam bidang studi tertentu.
c. Tes diagnostik (diagnostic test)
Tes
yang diujikan secra individual dan dirancang untuk mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran.
d. Tes penempatan (placement test)
Tes
yang bertujuan menempatkan siswa peserta tes sesuai dengan kelompok hasil tes.
3. Menurut pembuatannya
a. Tes baku (standardized test)
Tes
yang pembuatannya telah melalui proses standarisasi, baik mengenai reliabilitas
maupun validitasnya[8].
b. Tes buatan guru (techer-made test)
Tes
yang dibuat guru, misalnya berupa ulangan-ulangan, baik formatif maupun
sumatif. Tes buatan guru dapat berupa tes subjektif maupun tes objektif. Tes
objektif disebut pula tes kertas dan pena, yang jawabannya berujung tertutup (closed-ended).
4. Menurut pelaksanaannya
a. Pra-test (pre-test)
Suatu
tes pendahuluan yang dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa
serta kesiapan siswa menghadapi suatu pengalaman belajar.
b. Pos test (post-test)
Suatu
tes yang diberikan kepada siswa setelah selesainya suatu program pembelajaran.
5. Menurut keruntutan pelaksanaan
a. Tes formatif (identik dengan ulangan
harian)
Kegiatan
tes yang dilakukan secara periodik/runtut untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD), sebagaimana
yang telah terdefinisi sesuai Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 66
tahun 2013.
b. Tes atau ulangan sumatif
Suatu
proses yang merupakan bagian daei evaluasi final untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran seperti yang digariskan dalam kurikulum terpenuhi. Tes ini
biasanya diberikan diakhir semester atau akhir tahun pembelajaran, terkadang
identik dengan ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
c. Menurut acuan yang dipergunkanan
a. Tes acuan norma (norm referenced test)
Tes
acuan norma (TAN) berasumsi bahwa kemampuan siswa itu berbeda dan dapat
digambarkan menurut distribusi normal. Acuan ini banyak digunakan dalam tes
seleksi atau ujian masuk karena memang sengaja dimaksudkan untuk membedakan
kemampuan siswa. Hanya siswa yang dianggap mampu memenuhi batas lulus (passing
grade) tertentu yang diterima.
b. Tes acuan kriteria[9] (criterion referenced test)
Suatu
tes yang menggunakan acuan perbandingan hasil kerja siswa dengan kriteria yang
ditetapkan atau disepakati sebelumnya[10].
D. Karakteristik Tes
Sebuah
tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan
tes, yaitu memiliki :
1.
Validitas
Jika
data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka
instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila
tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah “valid”
kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata
“tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.
Contoh
: untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar,
bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat
melalui :kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, dan ketepatan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada
permasalahannya[11].
2.
Reliabilitas
Sebuah
tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Contoh
: TABEL NILAI TES PERTAMA DAN KEDUA
Nama
Siswa
|
Waktu
Tes
|
Pengetesan
Pertama
|
Pengetesan
Kedua
|
Amin
|
|
6
|
7
|
Badu
|
|
5.5
|
6,6
|
Cahyani
|
|
8
|
9
|
Didit
|
|
5
|
6
|
Elvi
|
|
6
|
7
|
Parida
|
|
7
|
8
|
Sebuah
tes dikatak reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Dengan kata lain, jika para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang
berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama
dalam kelompoknya. Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih
baik, akan tetapi karena kenaikannya dialami oleh semua siswa maka tes yang
digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes
kedua barang kali disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh pada waktu
pengerjaan tes pertama[12].
3.
Objektivitas
Sebuah
tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak
ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem
skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan
ketetapan (consitensy) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor yang mempengaruhi
subjektivitas dari suatu tes, yaitu :
a.
Bentuk
tes
Tes
yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk
memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk menghindari masuknya unsur
subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
b.
Penilai
Subjektivitas
dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk
uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektiitas antara lain : kesan
penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan,
dll. Untuk menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektifitas dalam
penilaian, maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat
pedoman. Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah pengadministrasian
yaitu kontinuitas dan komprehensivitas[13].
4.
Praktikabilitas
Sebuah
tes dikatakn praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis,
mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang :
a. Mudah dilaksanakan, Tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberikebebasan kepada siswa untuk mengerjakan
terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya tes itu
dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya
c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang
jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain
5.
Ekonomis
Pelaksanaan
tes tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu
yang lama[14].
E. Langkah-Langkah Pengembangan Tes
1.
Menentukan
tujuan
Tujuan
yang ditentukan dalam hal ini mempunyai dua dimensi, yaitu :
a.
Tujuan
pembelajaran yang diukur dan dinilai
Dimensi
pertama ini merujuk pada berbagai macam ranah dan sub ranah, yang menjadi
tujuan pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jika tujuan-tujuan itu telah
dirumuskan sebelumnya, seperti dalam Satuan Pelajaran, langkah penentuan tujuan
ini berarti memilih Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang telah diupayakan
untuk dicapai dalam proses pembelajaran, untuk djadikan objek pengukuran dan
kriteria keberhasilan dalam penilaian.
b.
Tujuan
dilaksanakannya evaluasi
Evaluator
harus mengetahui tujuan evaluasinya secara jelas. Misalnya, apakah untuk
formatif, diagnostik, seleksi ataukah sumatif. Dengan tujuan evaluasi yang
berbeda, meskipun dengan ruang lingkup ranah dan materi yang sama, instrumen
yang dikembangkan juga berbeda[15].
2.
Mengembangkan
spesifikasi instrumen
Setelah
tujuan ditentukan dengan jelas, langkah berikutnya adalah mengembangkan
spesifikasi instrumen. Tujuan utama mengembangkan spesifikasi ini, sebagaimana
dijelaskan oleh Gronlund & Linn (1990:112) adalah “Top provide assurance
that a classroom test will measure a representative sample of instructionally
relevant tasks”, salah satu alat yang dapat dipakai untuk kepentingan iini
adalah pembuatan kisis-kisi tes/instrumen atau juga disebut tabel spesifikasi
atau tes blueprint. Kisi-kisi ini dibuat untuk “merumuskan setepat mungkin
ruang lingkup dan tekanan tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut
dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes (Suryabrata,1987:7).
Langkah-langkah
pembuatan kisi-kisi tes adalah sebagai berikut :
a.
Tentukanlah
jumlah butir yang akan dibuat dalam satu tes, beberapa objektif, dan beberapa
subjektif. Penentuan jumlah butir ini dengan mempertimbangkan banyaknya materi
dan waktu yang tersedia untuk mengerjakan tes tersebut.
b.
Buatlah
tabel atau matriks dua arah, kolom untuk kemampuan berfikir dan baris untuk
pokok bahasan
c.
Distribusikanlah
butir-butir tes tersebut ke dalam baris/kolom secara proporsional, dengan mempertimbangkan
karakteristik bidang studi, dan fokus serta urgensi pokok bahasan atau
kemampuan berfikir tertentu.
3.
Memilih
jenis dan tipe instrumen
Jenis
dan tipe instrumen yang dapat dipakai dalam pengukuran dan penilaian pendidikan
memang sangat beragam. Pemilihan jenis dan tipe instrumen harus dilakukan
dengan hati-hati sehingga tujuan evaluasi dapat dicapai dengan baik. Karena
itu, pertimbangan-pertimbangan berikut ini perlu dierhatikan :
a.
Tujuan
pembelajaran apa sajakah yang akan dicakup atau dijadikan objek pengukuran
b.
Pendekatan
apakah yang digunakan dalam skoring, dan sejauh manakah objektifitas diperlukan
dalam skoring itu
c.
Bagaimana
penyelenggaraan dan pelaksaan pengukuran (administrasi) akan dilakukan
d.
Bagaimanakah
dan format apakah yang akan dipilih dalam proses pengadaan instrumen. Jenis dan
tipe instrumen terbaik adalah pemilihannyan menggunakan pertimbangan dan
kriteria in[16]i.
4.
Mempersiapkan
item-item instrumen
Mempersiapkan
dan membuat instrumen pengukuran bukanlah pekerjaan ringan, bahkan membutuhkan
berbagai kombinasi kemampuan khusus. Dalam hal ini menurut Sumadi Suryabrata
(1987:28), untuk dapat melakukan tugas ini dengan baik, ada 5 kemampuan khusus yang harus dimiliki, yaitu :
a. Penguasaan materi yang diteskan/diukur
b. Kesadaran mengenai tata-tata nilai yang mendasari
pendidikan
c. Pemahaman tentang karakteristik peserta didik yang
diukur
d. Kemampuan membahasakan gagasan
e. Penguasaan teknik penulisan instrumen
5.
Mengujicobakan
instrumen
Instrument yang sudah disusun perlu diujicobakan untuk
diperbaiki, direvisi agar supaya kualitasnya semakin baik. Semakin banyak
frekuensi ujicoba dan revisinya, semakin bagus kualitas instrument yang
dikembangkan itu. Secara umum, saran-saran Mehrens & Lehmam (1984:85-87)
berikut ini sangat bermanfa’at untuk diikuti ketika mengembangkan instrument :
a.
Tentukan tujuan-tujuan pembelajaran dengan hati-hati
b.
Persiapkan table spesifikasi, dan pakailah selalu sebagai acuan saat
menulis item-item instrumen
c.
Formulasikan item yang jelas, tidak kabur, dan tidak bertele-tele
d.
Jika berupa tes hasil belajar, pastikan item-itemnya berasal dari materi
yang sudah diajarkan
e.
Usahakan terbebas dari bias, karena tradisi, jenis kelamin, dan
sebagainya
f.
Persiapkan kunci scoring saat penulisan item itu juga, bila untuk hasil
belajar
g.
Persiapkan item lebih banyak dari yang dibutuhkan
h.
Persiapkan item-item ini sedini mungkin, sehingga ada waktu untuk
merevisi[17]
[1] Zainal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), cet. IV, hlm:
117-118.
[2] Shodiq Abdullah, Evaluasi
Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki
Putra, Desember, 2012), hlm:61.
[3] Ismet Basuki
dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya,
Maret:2014), hlm:21-22.
[4] Djali dan
Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta : Grasindo,
September:2008), hlm: 6
[5] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran,
(Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:27
[6] Ismet Basuki
dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya,
Maret:2014), hlm:28-29.
[7] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen
Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:30.
[8] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran,
(Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:30-31.
[9] Ismet Basuki
dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya,
Maret:2014), hlm:29-33
[10] Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen
Pembelajaran, (Bandung:Pt. Remaja Rosda Karya, Maret:2014), hlm:33-34.
[11]Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt.
Bumi Aksara, September, 2013), cet.-IV,hlm:59.
[12]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September,
2013), cet.-IV,hlm:60.
[13]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September,
2013), cet.-IV,hlm:61
[14]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Pt. Bumi Aksara, September,
2013), cet.-IV,hlm:62-63.
[15] Shodiq
Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan
Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:65
[16] Shodiq
Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan
Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:65-69.
[17] Shodiq
Abdullah, Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dasar, Teori,dan
Aplikasi),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, Desember, 2012), hlm:69-73.